Contoh Teks Anekdot Singkat: Kuli dan Kyai
Anak kedua presiden ingin mencari popolaritas dengan menyebarkan jutaan lembar uang kertas pecahan 5 peso dari sebuah pesawat terbang.
Kakaknya tak mau kalah pamor, dengan pesawat yang digunakan adiknya sebelumnya, sang kakak menyebarkan jumlah uang lebih banyak daripada adiknya.
Anak perempuan presiden juga ingin populer, tetapi tidak mau meniru cara yang dilakukan oleh kedua kakaknya. Karena ia bingung, ia pun bertanya kepada pilot pesawat yang ikut menyebarkan uang bersama dua kakaknya itu.
“Mas Kapten, aku ingin populer seperti dua kakakku sebelumnya, tetapi tindakan populer apa yang bisa membahagiakan rakyat?”
“Gampang sekali. Buang saja ayah Nona dari atas pesawat”
Kuli dan Kyai
Romongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jedah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang mereka yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serus dalam bahasa Arab.
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka sambil berucap Amin, Amiin, Amiin.
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka dan berkata, “Lho kenapa Anda berkerumun disini?”
“Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai”, ucap jamaah haji.
Becak, Dilarang Masuk
Becak Dilarang Masuk
Saat menjadi Presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada menteri pertahanan Mahfud MD tentang orang madura yang katanya banyak akal dan cerdik.
Ceritanya, ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “Becak dilarah https://uberhomesvc.com/ masuk”. Tukang becak tersebut masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? itu kan gambar tak boleh masuk jalan ini”, bentak Pak Polisi.
“oh, Saya melihat pak tapi itu kan gambar becak kosong tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk”, jawab tukang becak.
“Bodong, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk.”, bentak Pak Polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampean, bukan tukang becak begini,” jawab tukang becak sambil cengengesan.
Contoh Teks Anekdot Indri An. Permatasari
Dinukil dari kompas.com, teks berjudul “Menganalisis Struktur dari Kebahasaan Teks Anekdot.”
Pada suatu hari, Tutut, anaknya Soeharto lewat jalan tol di Jakarta. Penjaga tol menyebutkan tarif sebesar Rp3.000,-. Tutut yang tidak punya uang receh akhirnya mengeluarkan pecahan uang Rp50.000,-
Penjaga Tol :”Ini Bu, Kembaliannya.”
Bu Tutut : “Sudah…. Simpan saja buat keluarganya Anda.”
Penjaga tol merasa senang karena menerima Rp47.000,- dan langsung berterima kasih kepada Tutut. Setelah beberapa jam Tommy datang melewati tol tersebut. Kali ini tommy mengeluarkan uang 20 ribuan.
Penjaga tol: “Ini Pak, kembaliannya 17 ribu”
Tommy: “Sudahlah, simpan saja buat sekolah anak anda”. Penjagaan langsung memasukkan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak ke Tommy.
Setelah beberapa jam, datang soeharto dengan mobilnya lewat jalan tol. Soeharto mengeluarkan uang Rp5.000,- dan disodorkan ke penjaga tol. Soeharto menunggu lima menit berlalu. Lalu bertanya kepada penjaga tol.
Soeharto: “loh, mana uang kembalian saya?”
Penjaga tol: “Ah bapak, masa uang Rp2.000 saja dibalikin. Tadi Bu Tutut dan Pak Tommy lewat kembaliannya Rp47.000 dan Rp17.000 aja diberikan ke saya, masa Bapak yang Rp2.000 saja meminta kembali?
Soeharto : “Anda tahu, Tutut dan Tommy itu anak siapa?”
Penjaga Tol: “Ya tahu, Pak! Kan anaknya bapak presiden.”
Soeharto: “Nah, mereka kan anak presiden sedangkan saya anak petani! Sekarang, mana kembalian saya.”
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!