Dalam dunia humaniora digital, alat seperti Omeka dan Zotero telah menjadi fondasi penting dalam upaya pelestarian dan penyajian arsip digital. Hal ini sangat terlihat dalam forum seperti THATCamp Philly—sebuah ajang kolaboratif yang mempertemukan akademisi, pustakawan, pengembang teknologi, dan seniman untuk mengeksplorasi teknologi dalam konteks humaniora. Dalam salah satu sesi THATCamp Philly, penggunaan Omeka dan Zotero menjadi sorotan utama dalam membahas cara-cara baru untuk “menghidupkan” arsip digital, menjadikannya lebih dari sekadar koleksi data yang statis. thatcampphilly.org
Omeka: Membuat Arsip Menjadi Narasi
Omeka adalah platform open-source yang dirancang khusus untuk kurasi dan publikasi pameran digital. Diciptakan oleh Roy Rosenzweig Center for History and New Media, Omeka memungkinkan pengguna menyusun koleksi digital dengan metadata yang kaya, mengatur koleksi ke dalam pameran tematik, dan mempresentasikannya secara visual menarik. Dalam konteks THATCamp Philly, Omeka diposisikan sebagai alat yang tidak hanya menyimpan informasi, tetapi juga mengisahkan sejarah melalui antarmuka naratif.
Salah satu contoh penggunaan yang dibahas adalah digitalisasi arsip komunitas minoritas di Philadelphia. Melalui Omeka, arsip berupa foto, dokumen, dan rekaman suara disusun dalam pameran digital yang memungkinkan publik mengeksplorasi sejarah lokal dari sudut pandang yang jarang terwakili dalam arsip resmi. Dengan kemampuan plugin-nya, Omeka juga bisa diintegrasikan dengan peta, timeline, dan berbagai elemen interaktif lainnya, menciptakan pengalaman yang jauh lebih hidup bagi pengguna.
Zotero: Mengelola Sumber dengan Cerdas
Di sisi lain, Zotero adalah alat manajemen referensi yang juga dikembangkan oleh Rosenzweig Center. Namun, dalam diskusi THATCamp Philly, Zotero diposisikan lebih luas sebagai jembatan antara riset, kurasi, dan publikasi. Salah satu kekuatan utama Zotero adalah kemampuannya mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi berbagai jenis sumber—baik itu artikel jurnal, dokumen arsip, maupun entri blog—dengan mudah langsung dari browser.
Para peserta THATCamp menunjukkan bagaimana Zotero dapat digunakan sebagai basis data riset kolaboratif. Misalnya, dalam proyek dokumentasi sejarah kota, sekelompok peneliti dapat berbagi satu library Zotero yang berisi referensi, catatan lapangan, serta lampiran digital. Library ini kemudian dapat diekspor langsung ke Omeka, menciptakan integrasi antara manajemen data riset dan pameran digital.
Integrasi Omeka-Zotero: Sinergi untuk Pelestarian Digital
Yang paling menarik dari sesi THATCamp Philly adalah diskusi tentang integrasi langsung antara Zotero dan Omeka. Plugin seperti Omeka Zotero Import memungkinkan pengguna mengimpor koleksi Zotero secara langsung ke dalam Omeka, termasuk metadata lengkapnya. Ini membuka peluang besar bagi akademisi dan arsiparis dalam menciptakan sistem kerja yang efisien, di mana proses riset dan publikasi digital saling terhubung secara otomatis.
Selain itu, integrasi ini memungkinkan pendekatan baru dalam pelestarian arsip digital yang lebih partisipatif. Komunitas lokal, mahasiswa, hingga peneliti independen dapat terlibat dalam proses pengumpulan dan kurasi data sejarah secara kolektif, menjadikan arsip digital sebagai ruang kolaboratif yang terbuka.
THATCamp sebagai Ruang Eksperimen
THATCamp sendiri, dengan formatnya yang tidak kaku dan berbasis partisipasi, menjadi ruang yang ideal untuk mengeksplorasi penggunaan teknologi seperti Omeka dan Zotero secara kreatif. Tidak ada pembicara utama atau struktur hierarkis yang kaku. Sebaliknya, peserta bersama-sama menentukan topik diskusi, berbagi pengalaman, dan bahkan memecahkan masalah teknis secara langsung di tempat.
Semangat inilah yang memungkinkan ide-ide seperti “menghidupkan arsip digital” melalui narasi visual, integrasi alat, dan partisipasi komunitas dapat benar-benar dijalankan. THATCamp bukan hanya tempat diskusi, tetapi juga arena eksperimentasi di mana alat-alat seperti Omeka dan Zotero menemukan konteks baru dan aplikatif.
Penutup
Dalam era digital, arsip tidak lagi harus menjadi ruang sunyi yang dipenuhi dokumen-dokumen terlupakan. Dengan alat seperti Omeka dan Zotero, serta forum seperti THATCamp Philly, kita melihat munculnya paradigma baru dalam pelestarian dan pemanfaatan sejarah: arsip sebagai pengalaman interaktif, kolaboratif, dan hidup. Teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi medium naratif yang memungkinkan sejarah untuk kembali berbicara kepada publik luas—dengan cara yang relevan, terbuka, dan bermakna.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!