Reformasi Katolik, yang juga dikenal sebagai Kontra-Reformasi, muncul sebagai respons langsung Gereja Katolik terhadap tantangan besar yang ditimbulkan oleh Reformasi Protestan pada abad ke-16. Gerakan Reformasi yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Martin Luther, Jean Calvin, dan Ulrich Zwingli mengguncang fondasi Gereja Katolik dengan kritik tajam terhadap praktik penyimpangan, seperti penjualan indulgensi, korupsi dalam hierarki gerejawi, serta penyimpangan dari ajaran alkitabiah.
Gereja Katolik menyadari perlunya pembaruan dari dalam untuk menjawab krisis kepercayaan yang semakin meluas di kalangan umat. Tanggapan resmi yang paling signifikan adalah penyelenggaraan Konsili Trente yang berlangsung dari tahun 1545 hingga 1563. Konsili ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Katolik karena menetapkan sejumlah keputusan teologis, moral, dan disipliner yang bertujuan memperbaiki internal gereja sekaligus menegaskan perbedaan dengan ajaran Protestan.
Konsili Trente menegaskan kembali otoritas Paus, pentingnya tradisi suci, serta penafsiran Alkitab oleh Gereja. Sakramen tetap ditetapkan sebanyak tujuh, bertentangan dengan https://thesilit.com/id/ ajaran Protestan yang hanya mengakui dua. Selain itu, reformasi dalam tubuh gereja juga dilakukan dengan meningkatkan pendidikan imam, memperketat moral para klerus, dan mendirikan seminari untuk pelatihan rohani.
Reformasi Katolik juga melahirkan gerakan spiritual baru seperti Serikat Yesus atau Jesuit yang sangat berperan dalam pendidikan, penginjilan, dan membela ajaran Katolik. Gerakan ini memperkuat kembali posisi Gereja di banyak wilayah Eropa dan memainkan peran penting dalam ekspansi Katolik ke benua lain.
Reformasi Katolik dan Konsili Trente membentuk wajah baru Gereja Katolik yang lebih tertib, terstruktur, dan kuat dalam menghadapi tantangan zaman serta perpecahan internal yang besar.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!