Di tengah gariofsushi laju modernisasi yang cepat dan gaya hidup urban yang semakin mendominasi, tak semua tradisi turun-temurun ikut terkikis. Salah satu bukti nyata adalah Lebaran Ketupat, sebuah tradisi khas masyarakat Jawa yang hingga hari ini masih tetap dilestarikan dengan penuh semangat. Meskipun zaman berubah, makna dan nilai spiritual di balik perayaan ini tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, khususnya di daerah pedesaan dan pesisir.
Apa Itu Lebaran Ketupat?
Lebaran Ketupat, atau dalam bahasa Jawa sering disebut “Bada Kupat”, adalah tradisi yang dilaksanakan seminggu setelah Hari Raya Idulfitri, tepatnya pada tanggal 8 Syawal dalam kalender Hijriah. Berbeda dengan Idulfitri yang dirayakan secara nasional, Lebaran Ketupat lebih bersifat lokal dan kultural. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat, serta daerah pesisir seperti Madura, Jepara, dan Gresik.
Nama “ketupat” sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu “kupat” yang merupakan singkatan dari “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) dan “laku papat” (empat tindakan utama), yakni puasa Ramadan, Idulfitri, puasa Syawal, dan Lebaran Ketupat. Ini mencerminkan bahwa Lebaran Ketupat adalah momen refleksi diri, penyempurna dari ibadah Ramadan, serta ajang silaturahmi dan saling memaafkan.

Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!