Apakah orang ingin mendapatkan visa emas Indonesia?

Menurut Profesor Arief Anshory Yusuf, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (Unpad), keputusan pemerintah untuk memberikan Golden Visa untuk menarik investasi asing dapat dipahami.

Karena itu, katanya, Indonesia saat ini sangat membutuhkan investasi padat karya karena banyak perusahaan yang melakukan PHK, dan investasi asing telah berkonsentrasi pada sektor-sektor yang dianggapnya “kurang berdampak pada abangrock.com peningkatan peluang kerja”, seperti tambang. Arief Anshory Yusuf mengatakan kepada BBC News Indonesia pada Jumat (26/07), “Jadi kita memang lagi membutuhkan investasi asing, terutama yang bisa meningkatkan kesempatan kerja.”

karena fakta bahwa angka pengangguran di Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN. Menurutnya, kebijakan “tanpa penyesalan” atau “kebijakan yang

Dia hanya tidak yakin bahwa investor asing akan tertarik untuk mendapatkan Visa Berlian ini, karena mereka harus menyimpan uang hingga puluhan miliar di Indonesia tanpa adanya “iming-iming”.

Apa yang akan dilakukan jika proses pengurusan izin tinggal dan visa imigrasi menjadi lebih mudah? Konglomerat ini mungkin meminta orang lain untuk menangani itu. Ini tidak menguntungkannya.

“Kecuali libur pajak yang diiming-iming.”

Eko Listiyanto, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), juga setuju.

Dia menyatakan bahwa para investor asing akan memilih untuk menempatkan uang mereka di negara lain dengan pasar finansial lebih luas seperti Singapura jika tidak ada keuntungan tambahan yang diperoleh.

Mereka pasti mempertimbangkan manfaat investasi di Indonesia. Jalan Golden Visa, misalnya, tidak akan beroperasi tanpa keuntungan tersebut.

Muhammad Andri Perdana, pengamat ekonomi dari Bright Institute, mengatakan konsep Golden Visa sudah lama ada.

Diperkirakan lebih dari 60 negara akan memberlakukan kebijakan ini pada tahun 2022. Pada tahun 1984, negara kecil Saint Kitts & Nevis, yang memiliki dua pulau di kawasan Karibia, pertama kali menerapkannya.

Namun, menurut Andri, negara seperti Australia, Portugal, Spanyol, dan Bulgaria mulai meninggalkan Golden Visa karena dianggap tidak efektif dan dapat digunakan sebagai alat untuk tindak kejahatan seperti pencucian uang, pengemplang pajak, atau menyembunyikan “uang haram”.

Dia juga menyatakan bahwa investasi yang masuk ke negara-negara yang menerapkan Golden Visa sebagian besar digunakan untuk membeli.

Selain itu, Andri menyatakan bahwa laporan IMF menunjukkan bahwa investor China menjadikan negara-negara yang memberikan Visa Emas sebagai “tempat aman” atau tempat aman untuk membersihkan bahkan menyembunyikan “dana kotor” mereka.

Jadi, dalam beberapa tahun terakhir, citra Visa Kuning telah kehilangan relevansinya di negara-negara maju.

Dia berpendapat bahwa pemerintah harus memperbaiki beberapa masalah penting jika mereka benar-benar ingin menarik investor asing: menghilangkan pungutan liar yang membebani pengusaha, membangun birokrasi yang bersih, dan mempermudah perizinan.

Profesor Arief Anshory Yusuf, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (Unpad), setuju.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *