Pertemuan petinggi Partai Gerindra dengan sejumlah keluarga korban persoalan penculikan dan penghilangan paksa 1997-1998 yang dikira disertai pertolongan uang pada awal Agustus lalu, diklaim organisasi hak asasi manusia sebagai upaya “sistematis menutup pertanggungjawaban Prabowo Subianto” yang disebut terlibat dalam aksi itu.
“Pertemuan selanjutnya cuma merupakan ajang cuci tangan untuk menghapuskan dosa mengenai keterlibatannya [Prabowo] dalam persoalan penghilangan orang secara paksa 1997-1998,” kata Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Andi Muhammad Rezaldy, kala dihubungi BBC News Indonesia, Kamis (08/08).
Laporan penyelidikan Komnas HAM tfaccv.org dan surat ketetapan berasal dari Dewan Kehormatan Perwira (DKP) Agustus 1998 memperlihatkan Prabowo Subianto – kala itu menjabat sebagai Danjen Kopassus – diklaim terlibat dalam persoalan penghilangan orang secara paksa pada periode 1997-1998.
Wahyu Susilo, adik kandung Wiji Thukul – aktivis dan penyair yang dihilangkan secara paksa pada 1998 – menyebut pertemuan itu sebagai “manuver yang culas berasal dari segelintir orang yang sudah tidak konsisten dalam upaya perjuangan orang hilang”.
Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (Ikohi) Zaenal Muttaqin mengeklaim keluarga korban yang ada ‘dijebak’ oleh Mugiyanto Sipin, korban selamat penculikan 1998 yang kini menjadi tenaga pakar utama di Kantor Staf Presiden (KSP).
Lewatkan Artikel-artikel yang disarankan dan tetap membaca
Artikel-artikel yang direkomendasikan
Kisah di balik kode pos Indonesia yang terinspirasi lagu Dari Sabang Sampai Merauke
Kasus bocah patah kaki permanen di Nias, tante korban menjadi tersangka
Kronologi serangan ‘brutal’ TNI pada penduduk desa di Deli Serdang – Warga mengaku ‘diseret, dihajar, hingga ditodong pistol’
Penghapusan nama Soeharto berasal dari TAP MPR dan wacana gelar pahlawan nasional, penyintas HAM berat: ‘Itu sebuah penghinaan. Dia bukan pahlawan tetapi penjahat’
Akhir berasal dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
BBC News Indonesia sudah mengonfirmasi tudingan selanjutnya kepada Mugiyanto, tetapi dia enggan beri tambahan respons, dengan menjelaskan “nanti jikalau waktunya pas, dalam kala dekat, kita bakal sampaikan klarifikasi”.
Zaenal mengeklaim bahwa dalam pertemuan itu berjalan apa yang dia sebut sebagai “penyuapan untuk perdamaian”. Jumlahnya sebesar Rp1 miliar per keluarga, menurut Zaenal dan info keluarga korban yang lain.
Salah satu keluarga korban yang ada dalam pertemuan itu, Paian Siahaan – ayah Ucok Siahaan, aktivis yang hilang pada 1998 – mengaku menerima sejumlah uang tetapi dia mengeklaim kegiatan itu merupakan inisiatif berasal dari keluarga korban untuk berjumpa Prabowo.
Sumber gambar,Kompas.com/Dok. Istimewa
Keterangan gambar,Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Waketum Gerindra Habiburokhman berjumpa keluarga orang hilang dan aktivis 98.
Dalam akun Instagramnya, Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, membagikan sebagian foto hasil pertemuannya dengan 14 keluarga korban persoalan penculikan dan penghilangan paksa 1997-1998. Dasco yang didampingi Waketum Gerindra Habiburokhman menyebut pertemuan itu sebagai silaturahmi kebangsaan.
BBC News Indonesia sudah menghubungi Dasco dan Habiburokhman mengenai dugaan jatah uang tersebut, tetapi hingga berita ini diterbitkan yang perihal tidak beri tambahan jawaban. BBC sudah menghubungi sejumlah pengurusi Partai Gerindra lain tetapi tidak mendapat respons.
Sepanjang tahun 1997-1998, terdapat 23 aktivis prodemokrasi yang mengalami penculikan. Dari kuantitas itu cuma sembilan orang yang lagi dengan selamat, satu ditemukan tewas dan 13 lainnya hilang hingga sekarang.
Pembagian uang ‘Rp1 miliar per keluarga‘
Sumber gambar,Ikohi
Keterangan gambar,Para aktivis korban penculikan di tahun 1997-1998 yang belum kembali.
Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca
Akun formal kita di WhatsApp
Liputan mendalam BBC News Indonesia segera di WhatsApp Anda.
Pada awal Agustus 2024, Sekjen Ikohi Zaenal Muttaqin menjelaskan dia dihubungi oleh Fajar Merah, anak ke dua Wiji Thukul.
Fajar, kata Zaenal, bertanya keberadaan kakaknya Fitri Nganthi Wani yang tidak dapat dihubungi kala berada di Jakarta dengan Mugiyanto Sipin, Ketua Ikohi 2000-2014 dan aktivis korban penculikan 1998 yang selamat. Mugiyanto kini menjabat sebagai tenaga pakar utama di KSP.
“Karena tidak dapat dikontak dua hari, Fajar panik. Lalu aku dan kawan-kawan Ikohi mengontak semua keluarga korban, melacak mengerti apakah benar atau tidak, tersedia pertemuan dengan Mugiyanto,” cerita Zaenal.
“Kemudian tanggal 2 [Agustus] malam, aku mendapat info berasal dari korban [yang tinggal di] Depok dan Malang yang mengaku berada di hotel mewah di Senayan dengan Mugiyanto. Kami curiga tentu tersedia pertemuan perlu dengan orang besar,” kata Zaenal.
Zaenal belum mengerti secara tentu isi pertemuan itu hingga pada Senin (05/08) lalu, anak kandung korban penculikan 1998 Yadin Muhidin, Dinis Muhidin, bercerita bahwa tantenya sudah berjumpa dengan petinggi Partai Gerindra.
Sumber : kababkingonline.com
Keterangan gambar,Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) Zaenal Muttaqin kala konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (07/08).
“Dinis bilang ditawari uang oleh tantenya yang mendapatkan Rp1 miliar berasal dari Pak Prabowo, tetapi pesan Mugiyanto jangan bilang siapa-siapa,” ujar Zaenal.
Selain Dinis, Zaenal terhitung mendapat Info dugaan pertolongan uang itu berasal dari Fajar Merah. “Fajar dikasih mengerti Wani jikalau dapat Rp1 miliar berasal dari pertemuan kemarin.”
Zaenal menjelaskan uang itu diberikan secara tunai, “Ketika Pak Dasco datang, di depan [meja] masing-masing [keluarga] sudah tersedia satu kantong uang gede.”
Zaenal mengatakan, keluarga korban yang ada terpecah. Ada sebagian yang menjelaskan perlu menerima uang tersebut, tersedia terhitung yang menolak.
“Tapi yang menolak tidak berani bertindak dikarenakan minor di sana. Ini kan selanjutnya mengadu domba, bahkan uang besar.”
Dia menyaksikan uang itu layaknya wujud upaya penyuapan supaya para korban senang berdamai.
“Uang itu layaknya untuk perdamaian yang dipaksakan, atau bahasa kita penyuapan untuk perdamaian. Tujuannya untuk menghambat secara psikologis dalam melanjutkan perjuangan korban.”
“Foto-foto ini menjadi alat Gerindra atau pihak Prabowo, sudah damai kok masih menuntut,” ujar Zaenal.
Baca juga:
Mahasiswa sebarkan Koran ‘Achtung’, sebut Prabowo ‘penculik aktivis 98’ – Apakah dapat mendegradasi kampanye ‘gemoy’ di Pilpres 2024?
Apa yang dapat dikehendaki keluarga dan korban pelanggaran HAM berat masa lantas disaat Prabowo menjadi presiden?
BBC News Indonesia pun mengonfirmasi info Zaenal ke pendamping Dinis Muhidin, Syahar Banu, yang membetulkan adanya pertolongan uang.
“Penerima [uang] adik Yadin, diberikan dalam wujud cash [tunai]. Semua korban dapat kuantitas yang sama menurut pengakuan tante Dinis. Setiap keluarga korban penculikan menerima uang Rp1 miliar,” kata Banu.
Banu mengatakan, Dinis meminta tantenya untuk mengembalikan uang tersebut, tetapi “tantenya belum mau”. Menurut Dinis, harusnya uang selanjutnya dikembalikan saja dikarenakan “sumbernya belum mengerti dan nasib bapaknya terhitung belum jelas.”
“Dinis takut seandainya uang itu diperoleh berasal dari sumber yang tidak benar, nanti bakal tersedia konsekuensi hukum, contoh perlu terlibat sama KPK dan sebagainya.”
“Dinis terhitung tidak idamkan menjadi malu atau teralienasi berasal dari kawan-kawan seperjuangan yang teguh pendiriannya dalam pencarian keadilan,” tambah Banu.
Sumber gambar,BBC/Haryo Bangun Wirawan
Keterangan gambar,Paian Siahaan ayah berasal dari Ucok Munandar Siahaan.
Salah satu keluarga korban yang ada dalam pertemuan itu, Paian Siahaan – ayah Ucok Siahaan, aktivis yang hilang pada 1998 – mengakui bahwa dirinya dan keluarga lain menerima uang. Namun, Paian enggan menjelaskan jumlahnya.
”Memang dikasih [uang], artinya itu kan tersedia hati nuraninya Pak Prabowo, kemungkinan menyaksikan kasihan orang ini sudah lama berjuang, 25 tahun, tersedia yang sudah rentan, sakit-sakitan.”
“Seperti aku sendiri, istri aku kan baru meninggal. Itu adalah dampak daripada persoalan ini kan. [Uang] ini adalah layaknya tali asih. Kasihan lah orang ini sudah lama berjuang kok tidak tersedia apa namanya pemberian, perjuangannya belum jelas,” ujar Paian.
Selain itu, dia memastikan biarpun diberi uang tidak tersedia kesepakatan supaya keluarga berhenti menuntut keadilan.
”Tidak tersedia terhitung layaknya di tandatangani sesuatu bahwa dengan adanya ini [uang] menjadi persoalan ini tidak dilaksanakan, atau keluarga tidak tersedia lagi menuntut persoalan ini,” ujarnya.
‘Dijebak, memakai kemiskinan korban’
Sumber gambar,Getty Images
Keterangan gambar,Seorang pengunjuk rasa Indonesia memegang plakat yang bertuliskan “Pelaku penculikan, pembunuhan dan pelanggar hak asasi manusia”.
Zaenal memastikan bahwa Ikohi tidak mengerti dan terlibat dalam pertemuan di sebuah hotel elit di Jakarta itu.
Dia menjelaskan para keluarga korban dihubungi dan diundang secara segera oleh Mugiyanto satu per satu, dengan mengatasnamakan acara ‘temu kangen Ikohi’. Setiap keluarga pun difasilitasi keberangkatan hingga kepulangannya.
“Mugiyanto yang berperan berasal dari pengundangan, kedatangan, hingga pertemuan. Keluarga korban ini tahunya pertemuan itu kepanjangan program PP HAM dan Mugiyanto sebagai anggota berasal dari Kantor Staf Presiden,” katanya.
“Tapi keluarga ini dijebak, mereka tidak mengerti jikalau diundang untuk berjumpa dan diberikan uang oleh tim Prabowo. Motifnya aku duga Mugiyanto memakai kemiskinan keluarga korban untuk mendapatkan sesuatu,” katanya.